Pengertian Fotografi, Fotografi (Photography) berasal dari 2 kata yaitu Photo yang berarti cahaya dan Graph yang berarti tulisan / lukisan. Dalam seni rupa, fotografi adalah proses melukis / menulis dengan menggunakan media cahaya.
Teknik-teknik Photography

Apa itu Aperture dan Shutter Speed ?
- Aperture yaitu bukaan diafragma lensa (bisa dianalogikan dengan bukaan mata kita
- Shutter Speed yaitu kecepatan bukaan diafragma tadi, shutter speed berkenaan dengan berapa lama lensa menerima cahaya sewaktu diafragma di buka; dalam ukuran 1sec, 1/45sec, 1/125sec ,1/250sec, adapula yang 1/2000 sec dan seterusnya (sec:seconds/detik)
Perpaduan
keduanya merupakan kombinasi yang unik, kombinasi yang saling
mempengaruhi satu sama lain untuk menghasilkan sebuah foto yang kita
inginkan (dan artistic tentunya).
Perpaduan Aperture dan Shutter Speed dapat menghasilkan Depth of Field (DoF) yang beragam.
Apa
pula DoF itu? Depth of Field itu adalah rentang kedalaman fokus pada
kamera, DoF merupakan ukuran rentang latar belakang objek foto dengan
latar depannya. Mudahnya, bisa kita lihat dari blur atau tidaknya latar
belakang foto kita. Kalau foto kita latar belakangnya blur berarti DoF nya dangkal begitu juga sebaliknya. Mengenai teknik dan trik mendapatkan Shallow DoF atau foto dengan latar belakang blur (ini biasanya menjadi favorit) akan saya buat tulisan terpisah.
Kembali ke Aperture (bukaan diafragma) dan Shutter Speed (kecepatan).
Aperture itu mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke lensa kamera.
Semakin besar bukaan diafragma (aperture tadi) maka cahaya yang masuk semakin banyak. Bukaan diafragma besar ditandai dengan
angka yang kecil misalnya f/2.8, f/4 sampai f/5.6. Fungsinya untuk
menajamkan objek tunggal contohnya kalau kita akan memotret orang,
bunga, hewan sebagai objek tunggal dan kita menginginkan latar belakang
yang blur namun objeknya tetap tajam.
Sebaliknya
bukaan diafragma yang kecil (ditandai dengan angka besar spt f/8,f/10,
f/11 dst.) akan menajamkan semua bagian foto baik itu objeknya maupun
latar belakangnya).
Kondisi ini berguna saat kita akan memotret objek seperti pemandangan ataupun perkotaan dimana hasil foto tajam semua.
Kondisi ini berguna saat kita akan memotret objek seperti pemandangan ataupun perkotaan dimana hasil foto tajam semua.
Semakin besar bukaan diafragma, semakin sedikit wilayah ketajaman foto kita (shallow depth-of-field)
contoh pemilihan aperture terdapat pada foto berikut :

Pada
contoh foto diatas ini saya menset kamera semi SLR (Canon Powershot
S1IS) dengan bukaan diafragma yang besar f/4 (ditandai angka kecil)
untuk mendapatkan "Shallow DoF". Karena pada saat itu cahaya agak
mendung jadi kecepatan dibuat cukup lambat yaitu 1/20 sec, kombinasi ini
masih memungkikan terhindar dari "camera shake" tanpa harus memakai
tripod.
Dengan
diafragma yang besar maka latar belakang menjadi blur. Karena foto ini
sejenis snapshot jadi tidak banyak waktu untuk saya dalam menset
variasi kombinasi kecepatan dan
diafragma, kalau melakukan coba-coba dulu moment baik-nya tidak akan
tertangkap, keburu berubah posisi modelnya, nanti anak saya keburu
kabur !
Kemudian
contoh untuk foto yang bukaan diafragmanya kecil (ditandai dengan
angka besar) adalah foto pemandangan berikut ini : Foto ini bukaan
diafragmanya f/14, shutter speed-nya 1/320sec. Diambil dengan kamera
jenis SLR (Single Lens Reflex) Nikon D70s.
Dengan bukaan diafragma yang kecil (angkanya besar biasan
ya
diatas 7) maka memungkinkan foto ini DoF nya luas sehingga foto
menjadi tajam, dalam arti pemandangan yang ingin ditampilkan dapat
terekam dengan jelas.
Mengenai Shutter speed,
shutter speed (kecepatan) ini mengatur berapa lama cahaya itu masuk. Contohnya: shutter speed 1sec (1 detik) berarti cahaya yang masuk lebih lama dibandingkan kalo shutter speed 1/250 sec ( 1/250 detik). Semakin lambat shutter speed, cahaya yang di peroleh akan semakin banyak.
Kalau diafragma berkaitan dengan ketajaman foto, maka Shutter speed ini berkaitan dengan “camera shake”. Semakin cepat shutter speed (bisanya
yang aman diatas 1/125 sec) maka goncangan camera dapat diminimalisir.
Dalam keadaan memotet bergerak (seperti dalam mobil) perlu kecepatan
yang tinggi seperti1/1250 keatas. Bila kita menggunakan kecepatan yang
lambat maka kemungkinan hasil foto kita goyang semakin
besar. Untuk mengatasinya kita bisa menggunakan tripod. Contoh foto dengan shutter speed tinggi adalah foto dibawa ini:

Foto
ini kecepatannya 1/2000sec dan diafragmanya f/10. Foto ini diambil
saat saya berada di dalam mobil yang melaju. Untuk menghindari
"camera
shake" maka kecepatan saya set di 1/2000, karena saat memotret saya
melawan sinar matahari jadi kecukupan cahaya saat itu memadai sehingga
memungkinkan pula untuk memadukan shutter speed 1/2000sec dengan
aperture f/10.
Selain
menghindari “camera shake” kecepatan juga berguna untuk menangkap
object yang sedang bergerak seperti pemain bola yang sedang berlari di
lapangan.
Kombinasi
keduanya, seperti yang telah saya singgung diatas, sangat saling
mempengaruhi dan menentukan hasil akhir sebuah foto. Perpaduan shutter
speed dan aperture tergantung
pada
kondisi cahaya disekitar objek yang akan kita foto. Bagaimana cara
melihat kondisi cahaya yang pas sehingga foto tidak buram (under
exposure) ataupun foto tidak terlalu terang (over exposure) ? kita bisa
melihat di view finder kamera kita. Disitu ada indikatornya, biasanya
ditunjukkan dengan garis atau titik. Bila garis atau titik itu pas
berada di tengah indikator kombinasi pencahayaan (exposure), maka foto
sudah bisa ditampilkan.
Pada
kondisi pencahayaan yang kurang, gunakan perpaduan kecepatan yang
lambat dan bukaan diafragma yang besar (tergantung ketajaman yang
diinginkan pula) untuk kecukupan cahaya. Seperti pada foto berikut :

Foto ini adalah contoh dimana nilai artistik sebuah foto tidak harus dihasilkan pada kombinasi shutter speed dan aperture yang pas atau normal. Foto ini adalah perpaduan shutter speed dan aperture yang diindikasikan pada kamera sebagai over exposure (kelebihan cahaya). Karena kondisi pencahayaan disekitar jembatan Erasmus Rotterdam malam hari minim sekali untuk sebuah foto, maka shutter speed saya buat lambat sekali yaitu pada angka 30sec sedangkan aperturenya f/7.1 (cukup untuk membuat tajam keseluruhan foto). Kamera indikator menunjukkan over exposure, tapi foto ini hasilnya lebih indah dibandingkan dengan foto serupa yang saya buat dengan kombinasi exposure yang lain yang mengikuti indikator pada kamera yang pas.
0 comments:
Post a Comment